Martin Luther, yang pembangkangannya terhadap Gereja Katolik Roma dan
melahirkan gerakan reformasi Protestan lahir di tahun 1483 di kota
Eisleben, Jerman. Dia memperoleh pendidikan perguruan tinggi yang cukup
baik dan pada suatu saat pernah belajar
hukum (tampaknya atas dorongan
sang ayah). Tetapi, secara keseluruhan dia tidak pernah menyelesaikan
pendidikan formal melainkan memilih jadi pendeta Augustinian. Di tahun
1512 dia meraih gelar Doktor dalam teologi dari Universitas Wittenberg
dan segera sesudah itu terjun aktif dalam fakultas jurusannya.
Ketidakpuasan dan keluhan-keluhan Martin Luther terhadap Gereja Katolik
Roma timbul setingkat demi setingkat. Di tahun 1510 dia melakukan
perlawatan ke Roma. Sampai di situ dia terbengong-bengong kaget bukan
kepalang menyaksikan pemborosan dan kemewahan duniawi para pendeta
gereja Katolik. Tetapi, yang paling mendorongnya melancarkan protes
adalah terutama segi perbuatan gereja yang berkaitan dengan masalah
pengampunan dosa yang dilakukan oleh gereja. Pada tanggal 31 Oktober
1517 Martin Luther menempel poster di pintu gerbang gereja Wittenberg
yang berisi "sembilan puluh lima pokok sikap" yang diantaranya melabrak
kemewahan hidup gereja secara umum dan kirim tindasan "sembilan puluh
lima pokok sikap"-nya itu kepada Uskup Mainz. Selain itu, dicetaknya
pula dan disebar luas ke mana-mana.
Ruang lingkup protes Martin Luther terhadap Gereja Katolik Roma dengan
kecepatan luar biasa menjalar dan meluas. Luther meningkatkan
serangannya ke jantung masalahnya betul: mengingkari kekuasaan Paus,
Dewan Gereja. Martin Luther menegaskan dia cuma tunduk pada tuntunan
Injil dan dengan alasan pikiran sehat. Bisa dimengerti, gereja tidak
senang dengan pendapat Luther ini. Luther diperintahkan datang menghadap
pembesar-pembesar gereja dan sesudah saling dengar pendapat dan adu
argumen serta perintah supaya Martin Luther mencampakkan pendapatnya,
dia akhirnya dinyatakan "murtad" dan dinyatakan bersalah dan dikucilkan
oleh dewan persidangan (1521) dan semua tulisan-tulisannya dinyatakan
terlarang dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Mestinya --menurut kebiasaan-- Martin Luther mesti dibakar hangus sampai
jadi arang seperti halnya orang yang membakar jerami. Tetapi,
pandangan-pandangan Luther sudah tersebar luas dan mempengaruhi orang
Jerman serta sebagian kecil bangsawan-bangsawan Jerman. Meski Martin
Luther mesti juga pergi sembunyi selama setahun, dukungan terhadap
dirinya begitu kuat sehingga dia bisa terlepas dari hukuman-hukuman
kriminal yang menimpanya.
Martin Luther seorang penulis tenar dan produktif dan punya pengaruh
luas. Salah satu kerja besarnya adalah menterjemahkan Injil kedalam
bahasa Jerman. Ini --tentu saja-- membuka pintu bagi tiap orang yang
melek huruf mempelajari Injil sendiri tanpa mesti lewat perantara gereja
atau pendeta. (Kebetulan, terjemahan yang begitu indah dan sempurna
menyebar pengaruh luar biasa terhadap bahasa dan kesusasteraaan Jerman).
Teologi Luther --tentu saja-- mustahil bisa dijabarkan di sini secara
ringkas dalam ruang terbatas. Salah satu dari gagasan kuncinya adalah
doktrin perlunya keyakinan terhadap kepercayaan semata-mata, suatu
gagasan berdasar tulisan-tulisan St. Paul. Luther yakin, manusia menurut
kondratnya menjadi suram karena dosa-dosanya dan semata-mata lewat
perbuatan dan kerja lebih baik saja yang dapat menyelamatkannya dari
kutukan abadi. Penyelamatan hanya datang lewat kepercayaan dan dengan
berkat pengampunan Tuhan. Karena itu, menurut Luther, jelaslah sudah
bahwa perbuatan gereja menjual pengampunan adalah tidak pada tempatnya
dan sia-sia. Dengan begitu sekaligus berarti, pendapat tradisional yang
sudah berkarat yang menganggap gereja itu perantara yang tak bisa
disingkirkan antara seorang Kristen dengan Tuhan adalah sesungguhnya
sesuatu yang sesat. Jika seseorang menganut doktrin Martin Luther, itu
artinya hak hidup Gereja Katolik Roma tersapu habis sekali pukul.
Selain itu, dalam hal mempertanyakan peranan hakiki gereja, Luther juga
melancarkan protes terhadap pelbagai macam keyakinan dan praktek
peribadatan khusus. Misalnya, dia menolak adanya purgatory (keadaan
sesudah mati dimana roh memerlukan penyucian lewat penyiksaan
sementara), dan dia menolak kemestian membujang buat seorang pendeta.
Dia sendiri di tahun 1525 kawin dengan bekas biarawati, punya enam anak.
Luther meninggal dunia tahun 1546 di Eisleben tatkala sedang dalam
perjalanan mengunjungi kota kelahirannya.
Martin Luther, tentu saja, bukanlah seorang pemikir Protestan pertama.
Seabad sebelumnya dia sudah didahului oleh Jan Hus dari Bohemia, dan
pada abad ke-14 seorang sarjana Inggris John Wycliffe, malahan di abad
ke-12 seorang Perancis bernama Peter Waldo dapat dianggap seorang
Protestan pertama. Tetapi, pengaruh para pendahulu Martin Luther itu
dalam gerakannya cuma punya daya cakup lokal. Di tahun 1517,
ketidakpuasan terhadap gereja Katolik sudah merasuk ke mana-mana.
Ucapan-ucapan Martin Luther sudah merupakan kobaran api yang berantai
menyebar ke sebagian besar kawasan Eropa. Luther karena itu punya hak
yang tak terbantahkan bahwa dialah orang yang bertanggung jawab terhadap
sulutan ledakan dinamit pembaharuan.
Konsekuensi yang paling kentara dari gerakan Pembaharuan ini --tentu
saja-- terbentuknya pelbagai macam sekte Protestan. Meskipun Protestan
cumalah merupakan bagian saja dari kekristenan secara keseluruhan, dan
bukan pula merupakan bagian terbesar, tetapi toh penganutnya melampaui
jumlah para penganut Buddha bahkan dibanding dengan umumnya agama-agama
lain.
Konsekuensi penting dari gerakan Pembaharuan ini adalah menyebar luasnya
bentrokan agama bersenjata yang segera menyusul. Beberapa contoh dari
perang agama (misalnya Perang Tiga Puluh Tahun di Jerman yang bermula
tahun 1618 dan baru berakhir tahun 1648) sungguh-sungguh suatu
peperangan berdarah yang menelan banyak korban. Bahkan selain bentrok
senjata, pertentangan politik antara Katolik dan Protestan memegang
peranan penting di arena politik Eropa selama beberapa abad mendatang.
Pembaharuan juga memegang peranan yang ruwet namun penting dalam
perkembangan intelektual Eropa. Sebelum tahun 1517 cuma ada satu gereja,
yakni Gereja Roma Katolik dan tiap pembangkang dan yang punya pendapat
lain segera dicap "murtad." Iklim main kemplang macam itu karuan saja
tidak memberi kesegaran buat kebebasan berfikir. Sesudah pembaharuan
karena pelbagai negeri sudah menerima prinsip-prinsip kebebasan berfikir
dalam agama, dengan sendirinya memberi rasa aman dalam ihwal melakukan
spekulasi terhadap pelbagai macam permasalahan.
Ada pula pengaruh lain yang layak dicatat, kebanyakan tokoh yang
termasuk dalam daftar di buku ini adalah dari Inggris, melebihi
tokoh-tokoh dari negeri lainnya. Jerman menyusul sesudah Inggris.
Dapatlah dikatakan, daftar tokoh-tokoh ini sangat kentara didominasi
oleh mereka yang berasal dari negeri-negeri Protestan baik Eropa Utara
maupun Amerika. Jika kita teliti, hanya dua orang dari daftar (Gutenberg
dan Charlemagne) hidup sebelum tahun 1517. Sebelum tahun itu, sebagian
besar orang-orang yang tercantum dalam daftar buku ini berasal dari
dunia lain dan orang-orang yang hidup di negeri yang sekarang terkenal
dengan negeri Protestan secara perbandingan memberi sumbangan tak
seberapa besar terhadap kebudayaan dan sejarah manusia. Ini terang
menandakan betapa gerakan Protestan atau gerakan Pembaharuan bertanggung
jawab atas fakta betapa banyaknya orang-orang termasyhur dari daerah
ini dalam jangka waktu 450 tahun. Mungkin perkembangan kebebasan
intelektual di daerah ini merupakan faktor utama.
Luther tidak samasekali terbebas dari kesalahan-kesalahan. Meskipun dia
seorang pemberontak terhadap kekuasaan keagamaan, dia bisa bersikap amat
cupet dan tidak lapang dada terhadap mereka yang punya pendapat berbeda
dengannya dalam masalah keagamaan. Bisa jadi sikap cupet dan tidak
lapang dada Luther ini mengakibatkan peperangan agama di Jerman jauh
lebih sengit dan lebih berdarah ketimbang misalnya di Inggris. Lagi
pula, Martin Luther teramat gawatnya anti Yahudi, dan tulisan-tulisannya
yang amat keterlaluan serta hantam kromo terhadap Yahudi besar
kemungkinan merupakan dorongan pembuka jalan buat Hitler berbuat
kekejaman-kekejaman di abad ke-20.
Luther acap kali menekankan perlunya kepatuhan kepada kekuasaan
pemerintahan sipil yang sah. Besar kemungkinan, latar belakang pokoknya
adalah karena penolakannya atas campur tangan gereja terhadap
pemerintahan sipil. (Jangan lupa, gerakan Pembaharuan bukanlah
semata-mata percekcokan teologis, Sampai tingkat tertentu dia juga
merupakan pemberontakan Nasionalis Jerman melawan pengaruh Roma, oleh
sebab itu layaklah apabila sebagian gerakannya memperoleh dukungan besar
dari beberapa pangeran Jerman). Lepas dari maksud-maksud Luther,
pernyataannya di atas mendorong kaum Protestan Jerman menerima sikap
absolut dalam hal-hal yang menyangkut politik. Dan dengan cara itu pula
tulisan-tulisan Martin Luther turut melapangkan jalan bagi era kekuasaan
Hitler.
Mungkin ada sebagian orang bertanya-tanya, apa sebab Martin Luther tidak
diberi tempat lebih tinggi dalam daftar urutan buku ini. Sebab
utamanya, kendati Luther kelihatan punya arti penting buat orang Eropa
dan Amerika, dia tidaklah punya makna yang berarti bagi penduduk di Asia
dan Afrika karena relatif tidak banyak yang menganut Agama Kristen.
Sepanjang menyangkut orang Cina, Jepang atau India, perbedaan antara
Katolik dan Protestan tidaklah punya arti penting bagi mereka. (Hal
serupa terjadi pada orang Eropa yang tidak begitu tertarik dengan
perbedaan yang ada antara kaum Sunni dan kaum Syi'ah dalam Islam).
Alasan kedua, Luther jika ditimbang-timbang, merupakan tokoh sejarah
yang baru, karena itu daya jangkau pengaruhnya dalam sejarah
kemanusiaan. tidaklah sebesar Muhammad, Buddha; ataupun Musa. Lebih jauh
dari itu, dalam masa beberapa abad belakangan ini kepercayaan orang
terhadap agama mengalami kemunduran di Barat, dan pengaruh agama
terhadap permasalahan manusia dalam waktu 2000 tahun mendatang tampaknya
lebih kecil ketimbang ribuan tahun yang lewat. Apabila daya cekam
pengaruh agama merosotnya berkelanjutan, Martin Luther naga-naganya akan
tampak lebih berkurang lagi arti pentingnya dalam sejarah kemanusiaan
daripada yang diperolehnya sekarang.
Akhirnya, kita layak ingat bahwa percekcokan agama di abad-abad ke-16
dan ke-17 sesungguhnya tidak --dalam jangka panjang-- membawa pengaruh
bagi kehidupan orang banyak seperti halnya kemajuan ilmu pengetahuan
yang terjadi pada saat yang berbarengan. Sesungguhnya, alasan utama apa
sebab Luther diletakkan didalam daftar utama lebih atas dari Copernicus
(yang hidup sejaman dengannya) adalah karena Luther memainkan peranan
lebih besar secara individual didalam gerakan Pembaharuan Protestan
ketimbang Copernicus dalam revolusi ilmu pengetahuan.
Situs Web
Tidak ada komentar:
Posting Komentar